Beauty Talk #8: Iklan Viral Betadine-Mie Instan untuk Radikal Bebas?


Sudah tidak asing pengujian ini diketahui publik. Pertama kali saya tahu "uji" ini saat saya main youtube dan liat salah satu ads yang kemudian diikuti oleh ads-ads yang lain dengan konsep serupa. Tertarik karena saya juga lulusan sains, dan topik ini masih ada hubungan dengan beauty science, saya akan coba bahas apakah uji ini dapat menggambarkan radikal bebas dalam tubuh?


Disclaimer: Tulisan ini saya buat tidak untuk menyudutkan brand apapun (dan saya tidak menyebut nama brand apapun). Ini pure rasa ingin tahu saya dalam memahami suatu pengujian baru dengan sains yang sudah dipelajari. Sangat terbuka untuk kritik dan saran.

A. Uji apakah itu?
Iklan diawali dengan betadine yang dituang dalam gelas berisi air. Kemudian mie instan digunakan sebagai pengaduk dan setelah itu ditunjukkan bahwa mie instan menjadi berwarna abu-abu gelap, menggambarkan larutan coklat betadine tersebut beracun (sepertinya). Lalu mie instan diaduk dalam air tetapi tidak ada perubahan. Warna mie instan baru kembali semula (walau tidak seperti warna aslinya) setelah diaduk dalam produk minuman. Begitu juga ketika produk tersebut dituang ke gelas mengandung larutan coklat betadine, jernih, walau ada sedikit trace warna produk minumannya.

B. Apa yang membuat saya bingung?
Larutan coklat betadine ini apakah digambarkan sebagai radikal bebas atau racun tubuh? Lalu ketika mie instan dimasukan, "radikal bebas" ini menyebabkan reaksi "beracun" pada mie instan. Berarti mie instan digambarkan sebagai tubuh kita?

Atau... 

Larutan coklat betadine digambarkan sebagai tubuh kita? Lalu ketika mie instan, sebagai contoh makanan "junk food" yang dianggap berbahaya untuk tubuh dimasukkan ke dalam larutan, terjadi reaksi "beracun".Menunjukkan jika kita sering makan junk food menyebabkan kerusakan tubuh? Ya walaupun kalau pakai analogi ini kelihatannya "tubuh" kita (betadine) yang merusak "racun" itu (mie instan)

Ini yang membuat saya bingung. Karena tidak ada tulisan keterangan apa pun, saya semakin bingung pengujian ini digunakan sebagai analogi apa. Dan bicara soal analogi, analogi bisa menyebabkan bias dan informasi yang salah kepada publik.

C. Reaksi mie instan dengan iodine (betadine)
Langsung pada intinya: ini pengujian yang anak SD saja tahu. Reaksi mie instan dengan betadine adalah salah satu contoh reaksi tepung dengan iodine. Betadine mengandung iodine. Yep, nama Betadine itu nama brand, bukan nama senyawa ya. 


Reaksi iodine di dalam sel kentang. Warna ungu adalah kompleks triiodida dengan bulir pati kentang

Betadine mengandung iodine yang ketika bereaksi dengan bahan apapun yang mengandung tepung pati seperti sereal, nasi, jagung, bahkan mie instan (jelas mengandung terigu) akan berubah warna menjadi hitam keunguan.

Sedikit sains, uji ini adalah uji kualitatif sederhana untuk menguji keberadaan amilosa pada suatu bahan:

  1. Pati (amilum) mengandung amilosa dan amilopektin. Amilosa ini berbentuk gulungan karena keberadaan ikatan alpha acetal, suatu ikatan glikosida. 
  2. Iodine (I2) kurang larut dalam air sehingga iodine dicampur dalam air dengan keberadaan KI. Reaksi ini menghasilkan kompleks triiodida (I3). Baik iodine dan triiodida sama-sama menghasilkan warna coklat emas. 
  3. Kompleks triiodida mudah masuk ke dalam gulungan pati. Saat triiodida masuk ke dalam gulungan pati, di sini terbentuk kompleks amilum-triiodida yang  merubah warna mie instan menjadi hitam keunguan (ungu-kehitaman atau biru-kehitaman). Warna hitam tidak akan muncul jika hanya ada amilopektin, selulosa, disakarida (sukrosa-gula), harus pati.

Pada iklan kita bisa melihat mie instan berubah warna menjadi abu (hitam bercampur warna putih pati) dengan sedikit keunguan. Jadi apakah reaksi iodine-mie instan dapat menggambarkan junk food atau racun (radikal bebas) yang merusak tubuh? 


sumber: https://faktacerdas.blogspot.com/2016/01/pembodohan-iklan-palsu.html

Tidak, karena tidak relevan.
Reaksi ini membicarakan keberadaan pati secara kualitatif: ada atau tidak ada pati. Reaksi ini juga tidak relevan seandainya mau dikaitkan dengan diabetes. Radikal bebas bukan berarti karbohidrat, dan karbohidrat juga bukan berarti radikal bebas, terlalu loncat, benar-benar tidak relevan.

D. Reaksi mie instan abu dengan air 
Sekarang kita tahu bahwa warna abu pada mie instan adalah kompleks amilum-triiodida dari pati (mie instan) dengan iodine (betadine). Lalu ketika diaduk dalam air, mengapa tidak berubah?

Pati adalah molekul kompleks yang tidak mudah larut dalam air (apalagi air dingin) dan karena triiodida berada di dalam gulungan pati, kompleks ini tidak dapat dipecah walau hanya dengan air. Cara paling mudah untuk mengembalikan warna mie instan adalah dengan memanaskan air yang diaduk tersebut. Air panas menyebabkan rantai amilum memanjang, membuat triiodida terlepas dari gulungan amilosa.

Jika warna ungu gelap ingin dihilangkan, gulungan ini harus memanjang sehingga melepas kompleks triiodida (tiga bola). Saat campuran didinginkan lagi, amilosa menggulung dan mengikat kompleks triiodida kembali, menghasilkan warna ungu gelap lagi. 

E. Reaksi mie instan dengan produk minumannya? 

Lalu mengapa terjadi perubahan warna saat mie instan abu-abu ini dimasukan dalam produk minuman?

Selain reaksi pemanasan, ada  reaksi lain yang dapat menghilangkan warna kompleks ini yaitu dengan penambahan vitamin C atau senyawa apapun yang memiliki atom hidrogen aktif yang siap untuk didonorkan. 


L(+)-Ascorbic acid a.k.a vitamin C
Reaksi ini dikenal dalam titrasi redox, suatu titrasi yang melibatkan reduksi dan oksidasi. Senyawa yang mengalami reduksi mendapatkan elektron atau mengalami penurunan kondisi oksidasi suatu atom/ion sementara oksidasi melepaskan elektron atau mengalami peningkatan kondisi oksidasi suatu atom/ion. Untuk lebih mudah mengingatnya:
  1. Reduksi = mendapat hidrogen (elektron), melepas oksigen
  2. Oksidasi = mendapat oksigen, melepas hidrogen (elektron) 
Triiodida (I3) mengalami reduksi dimana dia mendapatkan elektron dari vitamin C (ascorbic acid), vitamin C disini disebut juga pereduksi, sementara ascorbic acid mengalami oksidasi dimana dia melepas elektron untuk triiodida, triiodida disini disebut juga pengoksidasi. Reaksinya seperti berikut:

 C6H8O6 + I3- + H2O → C6H6O6 + 3I- + 2H+

Intinya, reaksi vitamin C dengan triiodida  akan menghilangkan triiodida menjadi ion iodida (I-) yang tidak berwarna. Karena tidak ada triiodida, maka tidak ada kompleks amilum-triiodida, berarti tidak ada warna abu-abu pada mie instan.

Reaksi ini juga terjadi dengan cepat, maka mengapa pada iklan mudah terjadi perubahan warna mie dari abu-abu menjadi mendekati warna asli mie instan. Hal yang sama ketika produk minuman dituang ke gelas berisi betadine, larutan betadine menjadi tidak berwarna.

F. Wow Redox, Eh Apakah Antioksidan? 
Well, vitamin C memang salah satu contoh antioksidan karena memiliki gugus hidroksil yang siap mendonorkan ion H+. Jadi jika ada produk mengandung vitamin C dan disebut antioksidan, tidak salah.

Namun jika kita melihat ini dari uji betadine-vitamin C, cenderung menimbulkan informasi yang salah lagi seperti:

Jika vitamin C adalah antioksidan dan bisa bereaksi dengan iodine, berarti iodine adalah radikal bebas? 

Nah, lho...

Apa itu radikal bebas dan antioksidan?
Memang reaksi antioksidan juga mirip redox terutama pada salah satu contoh mekanisme kerja antioksidan, yaitu reaksi scavenging yang sering dibahas sebagai pendekatan awal dalam memahami kerja antioksidan melawan radikal bebas.


Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan bersifat reaktif karena kehilangan satu/beberapa ion H+. Karena tidak stabil, radikal bebas akan berusaha mencari ion H+ dari sumber lain, baik molekul sekitar hingga sel atau jaringan tubuh kita. Ketika H+ ini diperoleh, sel/ molekul asal ion H+ menjadi tidak stabil. Bicara soal kesehatan, ini adalah salah satu faktor penyebab penyakit, khususnya penyakit yang disebabkan oleh usia. Jelas istilah radikal bebas sudah tak asing lagi bagi mereka yang perhatian dengan kesehatannya.

Antioksidan adalah molekul yang memiliki gugus aktif (umumnya gugus hidroksil, -OH) yang siap mendonorkan ion H+ pada radikal bebas. Ketika H+ ini diberikan, radikal bebas menjadi stabil dan tidak berpotensi merusak jaringan/sel/ molekul sekitar. Antioksidan menjadi istilah yang populer saat membahas mengenai nutrisi, suplemen, karena menjadi "penawar" dari radikal bebas ini.

Reaksi scavenging dihubungkan dengan topik sekarang:
Jika vitamin C adalah antioksidan dan bisa bereaksi dengan iodine, berarti iodine adalah radikal bebas?

Okay, okay, secara kasar kita pasti berpikir seperti itu. Bahkan ada iklan lain secara gamblang menulis keterangan "betadine digunakan untuk menggambarkan radikal bebas". Tetapi lihat kembali:

1. Reaksi redox yang terjadi bukan iodine (I2) yang terlibat, tetapi triiodida (I3). Ada kesalahan informasi jika kita menyebut iodine adalah radikal bebas. Struktur molekul iodine stabil, tidak mengalami kekurangan ion H+, dan secara natural sulit ditemukan dalam bentuk I2. Bahkan iodine bukan senyawa yang bereaksi dalam reaksi redox.

2. Iodine (I2) pada kenyataanya adalah komponen nutrisi dalam bahan makanan seperti rumput laut, ikan, garam (dalam bentuk ion iodida). Bahkan ada paper review yang membahas fungsi iodine dalam mencegah penyakit tiroid dan dinilai memiliki potensi dalam terapi kanker payudara (Hernandez & Aceves, 2009).

3. Iodine dalam betadine adalah povidone iodine, yaitu larutan iodophor (mengandung iodin dengan agen pelarutnya, dalam hal ini adalah polyvinylpyrrolidone/ PVP). Povidone iodine adalah microbicidal (membunuh mikroba) dimana secara perlahan akan melepas iodine untuk bekerja membunuh sel mikroba, maka digunakan sebagai antiseptik topikal baik operasi atau kulit. Tidak mungkin suatu radikal bebas digunakan untuk antiseptik, terlalu beresiko.

4. Produksi radikal bebas oleh iodin cenderung tidak mungkin terjadi karena iodine bukan atom yang sangat reaktif dibandingkan atom lainnya dalam kelompok tabel periodik yang sama (Neuman, 2019).


G. Kesimpulan 
1. Apakah uji mie instan-betadine-produk ini dapat digunakan untuk menggambarkan produk ini dapat menetralisir racun di tubuh akibat radikal bebas?
Tidak tepat, karena penggunaan uji mie instan-betadine sebagai "racun" saja bisa menyebabkan misinformasi.

2. Apakah uji kompleks amilum-triiodida dengan produk ini dapat digunakan untuk menggambarkan produk ini dapat menetralisir racun di tubuh akibat radikal bebas (berfokus pada obat itu sendiri)? 
Tidak tepat. Karena uji ini malah menganggap betadine sebagai radikal bebas, reaksi yang bekerja di sini tidak bisa disebut sebagai reaksi antioksidan melawan radikal bebas. Reaksi ini lebih mengacu pada titrasi redox.

3. Oke, kalau kita menggunakan konsep scavenging tetapi dengan uji lain yang menggunakan senyawa yang benar-benar menggambarkan radikal bebas dan dengan produk ini, apakah bisa?
Mungkin saja bisa, tetapi karena uji yang ingin digunakan juga adalah uji yang berusaha menggambarkan keadaan sebenarnya berarti baik bahan yang digunakan sebagai radikal bebas dan produk harus pada konsentrasi yang menggambarkan keadaan sebenarnya (misal, konsentrasi produk di dalam darah setelah produk melewati lambung dan diserap usus).

Di dalam lab sendiri, uji yang berusaha menggambarkan keadaan sebenarnya, tetapi tidak melibatkan makhluk hidup disebut dengan in vitro. Walaupun metode lab, cara ini hanya pendekatan saja dengan bukti yang tidak terlalu kuat dan memerlukan studi lanjut.

4. Selain itu, pengujian antioksidan dengan konsep scavenging (contoh DPPH scavenging activity assay) tidak cukup menunjukkan suatu molekul bekerja sebagai antioksidan yang cocok digunakan sebagai suplemen. 
Sudah terlalu banyak uji dengan konsep ini bahkan ada jurnal yang tidak menerima paper dengan topik utama pada penelitian potensi antioksidan tetapi hanya dari reaksi scavenging. Antioksidan tidak bekerja dengan scavenging saja. Ada antioksidan lain yang tidak melakukan scavenging, tetapi memiliki mekanisme melawan radikal bebas yang lain. Hal ini yang harus di-explore untuk meyakinkan produk/molekul yang diteliti berpotensi sebagai antioksidan.

5. Ada sisi positif yang bisa kita pelajari dari sini. 
Secara sains, ya, kita belajar banyak. Namun juga kita belajar bagaimana membuat suatu klaim yang tepat sasaran dan tidak berlebihan. Memang klaim digunakan untuk menonjolkan produk yang akan kita jual dan itu tidak salah karena jika tidak dilakukan, produk kalah saing dan tidak laku.


Tetapi dalam membuat klaim suatu produk yang bebas dipasarkan, harus memperhatikan penggunaan kalimat, tidak boleh terlalu berlebihan sehingga mengarahkan produk tersebut sebagai obat/drug yang tentu saja memiliki arti yang jauh berbeda dengan produk yang sedang kita pasarkan.

Menggunakan sains untuk menonjolkan produk yang dijual memang menarik, tetapi harus hati-hati. Sains tidak main-main dan akan selalu ada komunitas/ individu yang sudah ahli di bidang tersebut yang akan tahu jika terjadi misinformasi pada suatu produk. Jika penggunaan sains pada marketing tidak benar, hal tersebut akhirnya malah balik merusak produk yang sedang dijual.

Semoga artikel ini membantumu :)

Referensi: 
Laporan praktikum kuliah pribadi

Alfaro-Hernandez, Y. & Aceves, C. 2009. The other face of iodine: a protective free radical? Pro-Oxidant Reaction: Physiological and Pathological Implication. Pp. 241-253.

Helmenstine, A. M. Vitamin C Determination by Iodine Titration. Retrieved from ThoughtCo: https://www.thoughtco.com/vitamin-c-determination-by-iodine-titration-606322#:~:text=As%20long%20as%20vitamin%20C,form%20a%20blue%2Dblack%20complex. (10 Juli 2020).

National Library of Medicine. Tanpa tahun. Povidone iodine. Retrieved from National Library of Medicine: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Povidone-iodine (10 Juli 2020).

Neuman, R. C. 2019. Free Radical Substitution and Addition Reactions. Retrieved from Department of Chemistry University of California, Riverside: https://chemistry.ucr.edu/sites/g/files/rcwecm2681/files/2019-10/Chapter11.pdf (11 Juli 2020).

Ophardt, C. 2019. Starch and Iodine. Retrieved from Chemistry LibreTexts: https://chem.libretexts.org/Bookshelves/Biological_Chemistry/Supplemental_Modules_(Biological_Chemistry)/Carbohydrates/Case_Studies/Starch_and_Iodine (10 Juli 2020).

No comments:

Powered by Blogger.