Skin Type #2: Patch Test - Mengetahui Reaksi Kulit Terhadap Produk

Selain mengetahui jenis produk yang cocok untuk jenis kulit kita, belum tentu produk tersebut akan cocok untuk kita. Lho mengapa? Setiap orang memiliki reaksi kulit yang berbeda. Lalu bagaimana mengetahuinya? Ada cara sederhananya.



Patch Test - istilah ini berasal dari metode in vivo yang menguji reaksi alergi dan inflamasi suatu sampel pada kulit manusia. Sampel - sampel yang diuji adalah bahan yang diaplikasikan secara kontak atau topikal pada kulit punggung responden pada beberapa area.

Istilah ini sekarang digunakan juga untuk para konsumen apakah produk tersebut, secara spesifik, aman untuk kulit mereka. Jenis kulit sensitif dan alergi akan sangat diuntungkan saat menggunakan metode ini.

shutterstock.com

A. Bagaimana melakukannya?
Pertama, ada yang harus diperhatikan saat kita akan melakukan patch testing: 
1. Selalu cuci tangan dan area yang akan diaplikasikan, keringkan untuk menghindari air
Percuma kan kalau reaksi alergi atau inflamasi terjadi hanya karena debu atau kotoran. Sudah hasilnya salah, produk malah terlanjur dibuang. Padalah produknya gak ada dosa apa-apa. 

2. Waktu 
Penentuan waktu tergantung dari jenis produk yang digunakan. Paling aman, melihat anjuran pakai. Umumnya waktu yang digunakan adalah 24 jam, 48 jam, atau 1 minggu dengan pemakaian setiap hari atau sesuai anjuran pakai.

Biasanya rentang waktu 24 - 48 jam adalah untuk patch testing iritasi, sedangkan rentang waktu satu minggu digunakan untuk patch testing breakouts (khusus produk anti jerawat, retinol, dan chemical exfoliant).

3. Area
Tentukan area kulit mana yang akan kamu gunakan. Pilih area yang tidak terlihat dan mudah untuk terhindar dari air. Contoh area yang tidak terlihat seperti kulit di bawah rahang, kulit dekat telinga, kulit di belakang telinga, pelipis, atau leher. Daerah tersebut memiliki struktur kulit yang hampir sama dengan kulit wajah.

Photo by Moose

Jika kamu tidak berani menggunakan kulit wajah, bisa menggunakan pergelangan atau permukaan dalam lengan bawah (area sebaiknya dekat siku, karena tidak setipis pergelangan tangan). Namun reaksi alergi yang terjadi pada area tersebut bisa saja tidak terjadi pada kulit wajah, dan sebaliknya.

Punggung juga bisa, tetapi kamu tidak bisa melihat reaksi alergi atau inflamasi tanpa bantuan orang lain. Area wajah dan lengan masih jauh lebih mudah daripada punggung.

Mungkin kamu punya area lain? Tiap orang memiliki area sensitifnya sendiri. Jika berani, kamu bisa menggunakan area tersebut untuk patch testing. Gunakan area yang sedikit saja ya.

4. Konsentrasi produk, terutama yang bersifat asam
Penggunaan produk, khususnya yang bersifat asam, sebaiknya dimulai dari konsentrasi rendah. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk mereka yang belum pernah menggunakan skincare sama sekali. Contoh bahan: vitamin C dan salicylic acid.

Kedua, produk apa yang kamu gunakan:
1. Masker (apa pun selain sheet mask
Aplikasikan produk pada area tertentu satu kali sehari selama tiga hari. Jika terjadi iritasi, bengkak, gatal-gatal, melepuh, segera bilas dengan air dan gentle cleanser. Hentikan penggunaan. Bila perlu konsultasi ke dokter segera.

2. Leave-on product (serum, antioksidan, kosmetik, peptida, retinoids, vitamin C, sunscreens, moisturizer, semua produk yang berada di permukaan kulit cukup lama) 
Aplikasikan sedikit produk pada area tertentu dan lihat reaksi yang timbul setelah 24 jam. Bilas area tersebut dan perhatikan apakah muncul kemerahan, panas, gatal, bengkak, atau iritasi.

Cara ini juga dapat digunakan untuk produk yang dibilas (cleanser, shampoo, conditioner, sabun mandi, dll).

Jika produk tersebut memiliki rentang waktu pemakaian, ikuti saja. Tetap aplikasikan pada area tertentu, bilas, dan lihat reaksi yang terjadi. Jika selama aplikasi terasa perih, jangan mengira bahwa obatnya bekerja. Lebih baik bilas dan hentikan pemakaian. Kamu bisa tanyakan komposisi bahan tersebut pada dokter.

Photo by Moose
Bagaimana dengan essential oil?
Ini..tricky. Cara aman yang bisa kamu lakukan adalah memastikan bahwa essential oil tersebut diformulasikan dengan minyak lain (carrier oil) kecuali minya tea tree dan lavender. Jika essential oil tersebut memiliki carrier oil, lakukan patch test seperti yang dibahas tadi.

Cara patch test ini hanya menunjukkan reaksi awal alergi dan iritasi. Jadi, reaksi dapat berbeda pada area kulit yang lain. Cara ini juga hanya metode patch testing yang disederhanakan, tidak menunjukkan reaksi alergi dan iritasi dalam jangka panjang sehingga tidak boleh digunakan untuk diagnosis hipersensitivitas atau dermatitis kontak alergi.

B. Bagaimana meminimalisir iritasi/alergi yang terlanjur terjadi? 
Setelah patch testing dengan resiko iritasi dan alergi, walaupun tidak di area yang mudah terlihat, kita pasti ingin reaksi tersebut segera hilang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan:
  1. Bilas dengan air dan gentle cleanser 
  2. Gunakan moisturizer
  3. Jika ada, gunakan produk soothing yang mengandung aloe vera, propolis, atau berbahan gel. Pastikan tidak mengandung alkohol dan minyak essential. 
  4. Gunakan produk sunscreen mineral saat beraktivitas. Kulit yang sedang iritasi atau alergi bersifat sensitif terhadap sinar matahari.
  5. Bila perlu, konsultasi ke dokter. 

Pada dasarnya patch testing tidak berbahaya kok, asalkan area yang digunakan sedikit. Jenis kulit setiap orang berbeda, begitu juga reaksi kulit mereka terhadap beberapa bahan tertentu.

Brands skincare dan kosmetik sebelum memasarkan produknya sudah melakukan uji untuk menentukan apakah bahan yang digunakan adalah hiposensitive/hipoallergent atau hipersensitive/hyperallergent. Namun, kembali lagi, responden-responden yang digunakan memiliki kemungkinan tidak mewakili kulit spesifik kamu. Oleh karena itu, patch testing penting untuk dilakukan, terutama untuk kulit sensitif.

Semoga artikel ini membantumu :)

Referensi 
Chagrin Valley Soap & Salve Company. 2015. How To Do A Simple Allergy Patch Test. Retrieved from Chagrin Valley Soap & Salve Company: https://www.chagrinvalleysoapandsalve.com/blog/posts/how-to-do-a-simple-allergy-patch-test/ (25 Februari 2020).

Deciem. 2020. Patch Testing Guide. Retrieved from The Ordinary: https://theordinary.com/patchtest?ccm=6afb414ca0a748bd85ed7ead6c4e6729f133993f2fd49d2697d9aa1f3700dc05f70102cb1d00da802a8fe86a4f7a904b2cc58b019d79610ab89b7e00b33f328bc753a4096d6833cfdfd104393f7b6d2e178a4a639b7d1788829ac6f984ae43894830ab123b35390f63cddb2928633a7f66a8adb2ea675d546a73f9042c8b29847a2f2f169223edbcd476bddf9a9dffd2&ccvis=1 (25 Februari 2020).

Nudie Glow. 2018. How to Patch Test New Skin Care Products. Retrieved from Nudie Glow: https://nudieglow.com/blogs/nudieblog/how-to-patch-test-new-skin-care-products (25 Februari 2020)


No comments:

Powered by Blogger.