Let's Think About It #4: Bagaimana Kita sebagai Klien harus bersikap (+ Cerita dari Para MUA dan Jasa lainnya)

Konsumen adalah raja, banyak orang berpikir begitu. Namun, sadarkah kalau sikap berlebihan klien sendiri yang merusak citra MUA? Let's think about it.

Ketika saya mulai terjun di bidang blogging, saya mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan beberapa makeup artist. Curhatan mereka mengenai pekerjaan dan klien menggerakkan saya untuk kembali membuka artikel berpikir ini

Memang keberhasilan mereka ditentukan apakah citra baik mereka dapat memberi kesan pada konsumen dan hal ini seakan-akan konsumen adalah penguji terakhir mereka (udah kaya sidang skripsi aja...). Namun, ada banyak hal yang orang-orang tidak sadar saat menggunakan jasa makeup artist (termasuk juga jasa lainnya).

Berikut beberapa cerita yang saya dapatkan dari curhat mereka agar kita lebih memahami masalah apa sih yang kita bahas sekarang. Karena umumnya kita lebih senang mendengar sesuatu dalam bentuk cerita kan....(untuk privasi mereka, tidak akan saya sebut siapa, acara, dan asalnya).

Cerita 1: Retouch
Retouch adalah istilah untuk menambahkan produk makeup yang hilang karena keringat atau minyak berlebih. Jadi ada satu acara yang memerlukan MUA, ketika acara puncak mau dimulai, diperlukan retouch. Klien ini sepertinya mengira retouch adalah mengulang kembali riasan sehingga ia mencuci wajahnya bersih. Tidak ada makeup satu pun. Untuk satu riasan pada acara seperti itu memerlukan lebih dari satu jam untuk merias wajah. MUA yang bertugas saat itu berusaha se-profesional mungkin dengan menukar urutan klien itu karena retouch duluan yang lain lebih cepat dan akan memberikan lebih banyak waktu untuk merias klien tersebut,  yep dari awal, dari primer...

Klien? Marah..pasti. Namun yang membuat saya geli adalah klien tersebut ngamuk dengan alasan takut kehabisan makeup bahkan bilang riasan MUA tersebut jelek dan tidak pantas untuk di-promote. Yah..penilaian negatif seperti ini selalu muncul setelah emosi. 

Cerita 2: Permintaan yang fantastis
Beberapa MUA juga berperan sebagai hairstylist. Kejadian ini terjadi saat klien bertanya apakah hairdo yang dibuat MUA tersebut bisa tahan dua hari. Sebentar...dua hari? 

Cerita 3: Bawa Produk Sendiri
Klien minta didandanin tetapi harus menggunakan produk yang dia miliki. Saat MUA ini bercerita saya berpikir produk yang klien punya memang sesuai dengan kulit klien. Klien request riasan senatural mungkin ("tipis kalau bisa", requestnya) tetapi dapat menutup jerawatnya. Ternyata jenis kulit klien adalah oily skin dengan jerawat yang sedang inflamasi dan membengkak parah. Sementara produk yang dia bawa adalah K-beauty untuk kulit kering. Concealer, colour corrector, atau foundation coverage dia tolak karena bukan produk yang dia bawa.

MUA sudah memberitahu hasil akhirnya akan seperti apa jika klien tersebut bersikukuh. Klien tidak mau mendengar. Ketika hasil jadi, klien tidak puas.

Cerita 4: Mendadak Diskon
Klien dari awal memang mencari MUA yang semurah mungkin sepertinya. Katanya mau dirias seperti sister bride. Tidak setuju harga awal, tetapi akhirnya deal. H-2, dia kontak MUA-nya minta didiskon dan plus hairdo.  

Cerita 5: Meminta Promo
Cerita ini lebih sederhana. Setelah klien mengkritik semua kekurangan, dia masih bilang harga jasa tidak perlu dihitung, dibuat promo saja karena usaha yang dibuka masih terbilang baru. Sebagai catatan, usahanya sudah dibuka lebih dari dua tahun dan sudah banyak klien yang menggunakan jasanya.

Mendengar cerita dari mereka saya berpikir, sadar gak sih para klien itu, sebenernya yang bikin rusak hasil itu ya mereka sendiri? Saya tidak membela para MUA, saya sendiri juga bukan MUA. Hanya heran aja gitu, tega amat.  

Let's Think About It
Dengan melihat pengalaman orang lain dan nongkrong, ada lima hal yang saya pikir perlu untuk kita pelajari.

1. Redefine "Konsumen adalah Raja"
Istilah ini ada untuk mengartikan bahwa pemberi jasa akan memberikan pelayanan sebaik mungkin pada klien seperti raja. Namun, hal ini tidak membuat klien menjadi raja (secara harafiah!). Hanya karena kamu yang memberikan uang pada mereka, tidak serta merta menjadikanmu seorang bangsawan, lebih tinggi daripada mereka.

2. Konsumen boleh lebih pintar, tetapi MUA dan jasa lain jauh lebih berpengalaman.
Mau usaha baru dibuka atau tidak, MUA dan pemberi jasa lain sudah belajar dan meladeni banyak orang. Mereka lebih pengalaman bahkan anjuran yang mereka berikan akan lebih baik daripada yang kamu inginkan. Jangan memandang rendah sekalipun mereka baru pertama kali bekerja sebagai MUA.

Contoh sederhana yang pernah saya alami sebagai klien, kamu minta hairdo kepang yang cukup rumit karena kamu melihatnya bagus pada model berambut pirang sementara kamu berambut gelap. Beberapa MUA pasti akan menjelaskan hasilnya bisa diluar ekspektasi kamu. Jangan langsung berpikir MUA - nya tidak kompeten. Hal ini wajar kok karena helaian pada rambut gelap tidak terlihat sedetail rambut pirang, sangat memengaruhi hasil hairdo.


3. Bukan menguras uang Anda, ada beberapa pertimbangan dimana harga yang mereka pasang mahal
Untuk memberikan suatu jasa dengan mutu tinggi, diperlukan bahan-bahan yang terbilang mahal seperti peralatan makeup hingga koper berlampu. Tentu harga tersebut cukup mahal dan bisa saja selama mereka berkarir, pengeluaran tersebut belum tertutupi. 

Ada juga teknik dan peralatan khusus yang mereka dapatkan dengan membayar kelas, bereksperimen sendiri, atau mencari di tempat yang tidak dijual dekat. Pengeluaran ini tidak terlihat oleh para klien. Namun semua itu berperan untuk memberikan jasa bermutu tinggi. Hargai-lah, belum tentu kamu bisa melakukan apa yang mereka telah lakukan.

4. Bedakan jasa dengan barang dagangan
Ini hampir sering saya dengar baik di kelas bisnis dan saat nongkrong bersama teman. Nilai suatu jasa tidak dapat diukur seperti barang dagangan yang terlihat secara fisik. Nilai jasa memang melibatkan beberapa barang fisik, tapi ingat poin ketiga: ada pengeluaran yang tidak terlihat para klien. 

5. Jangan meminta diskon atau promo kalau bukan di periode yang mereka sendiri tentukan
Pemberi jasa berhak kapan dia menentukan promo dan diskon karena dia sendiri yang tahu permainan usahanya. Jika memang kemahalan, take it or leave it. Jangan meminta diskon apalagi mendekati hari janji atau lebih parah setelah dirias.

Mengapa saya menulis artikel ini? Ketika saya coba cari mengenai topik ini, semuanya beralih menjadi topik "Bagaimana menjadi MUA" atau "Bagaimana MUA mendapatkan banyak klien".  Seakan semua berpusat pada MUA, termasuk masalah yang muncul. Namun kita sendiri lupa, "Bagaimana menjadi klien yang menghargai MUA". Topik ini tidak banyak dibahas.

Semoga artikel ini membantumu ;)

No comments:

Powered by Blogger.