Cerita Kampus #5: Traveling Surabaya-Malang-Batu


Sudah lama saya dan teman-teman ingin traveling dan menghabiskan waktu bersama. Namun, karena kesibukan kuliah dan pekerjaan masing-masing, rencana traveling bersama hampir tidak kesampaian. Akhirnya baru sekarang kesampaian dan kami memutuskan traveling ke Surabaya-Malang-Batu karena beberapa teman memang berasal dari sana. Ini adalah traveling perdana kami. 

Kami berenam, secara otomatis, sudah memiliki peran sendiri. Ada yang mengurus tiket pesawat, menentukan tempat pergi, menentukan tempat makan, tour guide, mengurus transportasi. Ya apatah bukan anak Jatim, selama chat persiapan bingung apa yang lagi dibahas. Modal niat mah ada, tetapi kalau usul pergi ke mana atau makan apa, kan bukan orang sana. Akhirnya saya mengurus bagian dokumentasi aja. Intinya sih foto-fotoin selama perjalanan. Gabut di awal, tetapi sibuk saat pergi

29 Juli 2017
Di bandara aja udah ada cerita....

Hari pertama dan kedua diisi dengan makan-makan. Teman dari Surabaya mengajak kami ke restauran chinese food, Dong Bei Yi Jia Ren. Restauran ini terkenal sebagai authentic chinese food karena pendirinya sendiri adalah warga asli China. Setiap masakan yang dibuat memiliki cita rasa asli negara Tirai Bambu. Terbukti dari buku menunya saja yang bertulisan han zi (aksara Tionghoa). Tapi tenang aja, pelayannya mengerti kita mau pesan apa. 

Menunya sendiri jarang kita temu di restauran chinese food biasaSalah satu makanan yang paling populer dari restauran ini adalah orak-arik telur tomat. 

sumber: foody.id
Alamat: Jl. Raya Kupang Indah No.45A, Sonokwijenan, Suko Manunggal, Surabaya
Hari/Jam buka: Senin/ 11.00–15.00, 17.30–00.00; Selasa- Minggu/ 11.00–15.00 & 17.30–00.00
Telepon: (031) 7341180

Orak arik telur tomat, makanan yang biasa saya buat di kos kalau ingin masak makanan yang sedikit spesial (sigh). Tapi jelas beda lah masakan restauran vs masakan anak kos. Orak-arik telur tomat dari Dong Bei Yi Jia Ren jauh lebih nikmat. Rasanya manis dari manisnya tumisan tomat dan gurih dari telurnya. Belum lagi ada menu lainnya yang enak seperti kentang goreng. Bahkan karena populernya masakan di sini, orang asli China di Surabaya sering datang ke Dong Bei Yi Jia Ren

Penginapan...
Ada satu hal yang menjadi pelajaran saat bermalam di Surabaya. Ketika kami akan bermalam di apartemen yang telah kami sewa, ternyata perabotan dan fasilitas yang diberikan tidak sesuai harapan kami. Semula kami memilih menginap di sini karena harga yang murah. Namun ternyata, air conditioner (AC) mati dan belum bisa diperbaiki sampai kami check out. Perabotan dapur juga tidak sesuai gambar. Bahkan kasur yang digambarkan brosur sangat nyaman lengkap dengan bed cover, kenyataannya terlihat seperti dibuat dari bahan karet/kulit dengan selimut biasa. Kolam renangnya sendiri sih bagus.

Kocaknya lagi, ketika teman saya memberikan usulan dengan bahasa yang baik. Pengurusnya malah mengirim pesan kepada teman saya untuk tidak menginap di sana lagi. "Ngakak kuadrat", ujar teman saya.  

Ini menjadi pelajaran untuk saya. Jika ada informasi tentang apartemen, sebaiknya mencari tahu lebih dalam dan tidak hanya dari satu sumber saja.  

30 Juli 2017
Kami tiba di Malang sejam lebih awal dari yang direncanakan. Selain untuk mencoba tahu petis dan makanan khas Malang lainnya, kami berangkat ke Malang untuk bermain bersama dua teman lain yang sudah tiba sejak kemarin.

Satu porsi (Rp 7000) : satu tahu berukuran besar
Makanan yang pertama kali dicoba sebelum tiba di Malang adalah tahu petis dari Depot Sari Rasa. Satu porsi seharga Rp. 7000. Dengan harga segitu, kita sudah mendapat tahu berukuran besar plus semangkuk saus petis.

Satu mangkuk besar saus petis. Sausnya enak banget (karena ada udang)
Ceritanya habis difoto, tahu yang udah ada sausnya mau dimakan. Jeptret! Gambar jadi. tahunya hilang. 
Alamat: Jln. Dr Wahidin 61, Lawang 65216, Indonesia
Telepon: +62 341 426042

Sewaktu kecil, saya pernah mendengar dari penginjil di Gereja ada sekolah teologi di Malang. Mumpung ada di Malang, kami juga mengunjungi Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT). Seminari Alkitab Asia Tenggara adalah Sekolah Teologi yang didirikan oleh Dr. Andrew Gih pada tahun 1952 bersama beberapa pendeta dari gereja Tionghoa di Malang.


Beliau mendirikan SAAT karena minimnya hamba Tuhan di Indonesia pada masa itu karena langkanya sekolah Alkitab yang dapat mendidik hamba Tuhan di Indonesia. SAAT dulunya dinamakan Madrasah Alkitab Asia Tenggara dan didirikan di Bandung sebelum dipindahkan ke Malang pada tahun 1954. Pada tahun 1981, berubah nama menjadi Seminari Alkitab Asia Tenggara.

Setiap bangunan dan patung yang dibuat memiliki arti. Ada ayat-ayat Alkitab juga yang diletakan di sebelah patung atau bangunan.

Patung yang menggambarkan peristiwa Yesus berjalan di atas air. Petrus sempat berjalan di atas air menuju Yesus. Namun, ia menjadi takut lalu mulai tenggelam. Yesus memegang tangannya dan bersama-sama menuju kapal. 

Desain gedung dan tamannya plus hawa sejuk membuat kami tidak mau pulang. Betah banget pasti yang tinggal dan belajar di tempat ini.

Malam hari diisi dengan permainan "I never have ever" di Java Dancer. Tempatnya sendiri oke untuk nongkrong terutama di malam hari. Minuman yang enak di tempat ini ada banyak. Karena lagi ingin yang manis-manis, saya memesan fluffy matcha.

Fluffy Matcha

Matcha panas ditambah dengan marshmallow. Jika ditunggu sebentar, nanti marshmallownya meleleh, memberikan tekstur awan-awan saat matchanya diminum. Lebih baik melelehkan satu marshmallow saja, duanya lagi dimakan. Di sana, iseng saya mencoba melarutkan dua marshmallow sekaligus. Rasanya jadi terlalu manis.

Alamat: Jl. Kahuripan No.12, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur
Telepon: (0341) 351688 
Hari/Jam buka: Senin-Jumat / 09.00-23.45

Apa itu permainan "I never have ever.."? 
Jadi setiap pemain memiliki sepuluh poin (ditandai dengan sepuluh jari tangan). Setiap pemain secara bergilir akan menyebutkan fakta: "I never have ever... (Saya tidak pernah...)." Bagi pemain yang pernah melakukan kebalikan dari pemberi fakta akan kehilangan poin. Jadi misalkan "I never have ever go to airport (Saya tidak pernah pergi ke bandara)" Untuk yang pernah ke bandara akan kehilangan satu poin. Pemain yang kehilangan poin duluan akan dapat dare (tantangan) yang dipilih secara undi dari 4-5 tantangan. Tantangan akan berlaku pada keesokannya.

Undiannya sendiri lucu. Setiap orang yang akan memberikan tantangan tidak boleh menyebutkan isi tantangan, hanya boleh "mempromosikan" tantangan tersebut. Tantangan sendiri akan dipilih oleh pemain berdasarkan promosi. Jadi jika promosinya menarik, pemain akan memilih tantangan tersebut. Udah kaya jualan barang aja. 

Untungnya, malam ini tidak dapat dare. Besoknya ke Jatim Park, kalau sampai dapat dare bisa tidak menikmati. Namun permainan ini akan terus dimainkan setiap malam selama traveling. 

31 Agustus 2017 
Sarapan hotel adalah salah satu kuliner favorit saya. Bahkan di hotel tempat saya menginap, Hotel Santika Premiere menyediakan minuman hangat khas Indonesia. Saat kita check in, disediakan welcome drink wedang jahe. Hangat dan pedas! Saat sarapan, disediakan minuman beras kencur dan kunyit asem. Beras kencur cocok untuk orang yang sedang pegal-pegal sementara kunyit asem dapat menyembuhkan peradangan tenggorokan, menjaga stamina, dan mengecilkan perut buncit. Teman-teman saya tidak ada yang suka.

Satu teman saya juga keheranan mengapa saya sarapan begitu banyak dan tidak kekenyangan. Sebenarnya saya memakan buah dan salad dulu agar tidak kalap saat makan makanan berat. Makanan berat juga dikonsumsi dalam jumlah sedikit, tetapi beragam. Jadi terlihat makan banyak. Makan banyak saat sarapan dan makan sedikit saat malam lebih baik karena cara ini membuat kita dapat mengatur rasa lapar saat siang dan mengontrol kadar insulin, glukosa, dan trigliserida.

Salah satu teman kami mengalami vertigo. Obat vertigo yang dikonsumsi juga hanya membuatnya sedikit stabil tetapi tidak menghilangkan vertigonya. Namun, ia tetap ingin menemani kita ke Jatim Park. Akhirnya setiap dari kami bergilir menjadi "tongkat penyeimbang". Kejadian ini justru membuat suasana traveling menjadi lebih seru.

Jatim Park
Jatim Park memiliki banyak permainan, taman safari, hingga museum. Cocok banget untuk foto-foto.

"Guys, kalau pakai tiket pesawat, dapat diskon masuk," kata teman.

Saat berencana traveling, kami tidak tahu ada diskon harga masuk menggunakan tiket pesawat. Jadi pasti sudah lupa menyimpan atau bahkan sudah membuang tiket pesawat. Ketika masing-masing waswas mencari tiket, beruntung saya melihat tiket pesawat saya terselip di dalam dompet. Ada untungnya kebiasaan menyimpan bon belanja di dompet. 

"YEAH!!" empat orang pemegang tiket teriak dan langsung lari menuju kantor, sementara dua lagi ditinggal di depan loket.

Cuma berdua...
Kebingungan...
Kaya anak hilang...
~ angin berhembus ~

Batu Secret Zoo... 
Pintu awal dilengkapi dengan semprotan antiseptik. Jadi untuk orang yang membawa kamera, lebih baik dimasukkan ke dalam tas dulu dan baru dikeluarkan setelah sampai di kandang hewan pertama. Untuk yang bawa kamera akan dikenakan biaya di depan gerbang masuknya. Banyak hewan yang dapat dilihat. Mulai dari hewan Asiatis, Peralihan, dan Australis. Bahkan ketika kita pikir kita sudah melihat semua hewan, ternyata baru 1/3 dari keseluruhan!



Dat de spotz! 


Ini beneran kelinci laut. Kelinci yang hidup di laut

Hmm? Berasa de ja vu... 
Museum Angkut 
Ini tempatnya untuk foto-foto. Banyak kendaraan hingga spot yang cocok untuk foto lucu-lucu. Untuk yang membawa kamera (bukan kamera handphone) dikenakan cash lagi. Ya sudahlah ya, namanya juga main. Tapi worth it kok membawa kamera karena spot fotonya bagus banget. 


Part timer 


The Dandies 

Kiri, Bang!
Udah lupa saraf dah kalau foto-foto. Itu kamera poket kenapa dipakai seperti SLR? Gak ada bidikannya juga.

Malamnya kami bersiap-siap untuk pergi ke Gunung Bromo. Sayangnya, dua teman kami tidak bisa ikut karena tidak fit dan vertigo.

1 Agustus 2017 
Pukul   01.00 kami sudah berangkat karena mau melihat sun rise. Semua sudah memakai sweater dan jaket kecuali anak Malang. Sudah terbiasa dengan suhu dingin, katanya. Ya apatah anak bandung. Tapi bener. Dingin di Bandung ya... dingin suhu rendah. Di Malang, dinginnya menusuk ke kulit, anginnya juga kencang semua. Bahkan saya hampir sakit jika tidak di boost suplemen dari teman.

Takut tangannya kedinginan? You can hold my hand... 
Dasar modus!

Semakin dekat kami menuju Gunung Bromo, semakin dingin suhunya. Kami semua mulai memakai jaket. Bintang-bintang sudah mulai terlihat saat mobil kami masih mendaki. Sambil melihat bintang dan menanjak putar-putar, kami mulai nyanyi-nyayi lagu galau.

Kami berganti mobil dengan jeep. Sebenarnya sulit untuk turun dari mobil. Ketika pintu dibuka, ada ibu-ibu masuk ke mobil menawarkan sarung tangan dan kupluk. Sudah berkali-kali kami tolak, dia memaksa sampai setengah tubuhnya masuk ke dalam mobil. Mau marah juga susah ya, dia kan usaha jualan, tetapi ya risih sih kalau jualan sampai maksa seperti itu. Akhirnya ibu-ibunya juga berhenti menawarkan.

Kami turun untuk ke toilet sebelum naik jeep menuju Gunung Bromo. Di toilet pun, ada orang yang mengumpat-umpat kedinginan, padahal dia sudah pakai jaket gunung.

Kami sendiri? Semuanya kedinginan. Ha ha ha! Bahkan saya memakai kaos + sweater, dengan jaket, sarung tangan tebal, kupluk, syal, dan celana panjang saja tidak menjamin tahan dengan suhu dingin. Semuanya berpegangan tangan karena kedinginan juga gelap. Kuku-kuku juga berwarna ungu. Kecuali satu teman, bukan anak Malang. Dia mengenakan pakaian tebal juga, plus celana pendek. Tidak gemeletuk sama sekali. Nada bicara tetap datar. Angin Bromo bertium sangat kencang, dia malah masih hepi! Hebat.


Bintang-bintang menghiasi langit, bahkan ada bintang jatuh juga. Jadi ingat waktu masih TK bisa lihat bintang di Lembang. Sekarang sudah tidak karena polusi cahaya.

Cukup sulit mendapatkan panorama yang bebas kamera atau tongsis. Kadang jadi berpikir, apakah perlu mengacungkan kamera atau handphone terus menerus demi gambar panorama di sosmed yang hanya dibayar dengan jumlah like? Kalau untuk profesi seperti travel blogger, fotografer, atau videografer tidak masalah. Tapi kalau selain itu?

Ya memang kita tidak bisa menghentikan arus sosial media, apalagi di Indonesia. Namun setidaknya, sisakan waktu untuk menikmati panorama dengan mata sendiri. Menghirup udara segar dengan hidung sendiri. Tidak dari layar handphone. Tidak dari post. 

Ternyata di atas permukaan awan!
Matahari muncul tidak berarti suhu menjadi hangat. Teman saya yang hepi mengecek termometer di jaketnya. Ternyata 5C, sedingin kulkas. Pantes! Kepala dan telinga sudah dingin. Kami yang menggunakan sarung tangan membantu menghangatkan telinga teman-teman yang lain.


Ah, saat ke gunung juga sebaiknya jangan menggunakan make up. Mumpung tidak ada polusi udara, biarkan kulit bernapas. Ah nope. Sebenarnya malamnya kalah game Cangkul dan dapat tantangan. Dari empat tantangan yang diundi, tantangan tidak menggunakan make up sama sekali yang didapat.

Tapi benar juga sih. ke gunung sebaiknya tidak menggunakan make up, Alis masih boleh, asal bukan make up yang diaplikasikan dengan permukaan yang luas seperti foundation dan eyeshadow. Udara yang bebas polusi mengandung oksigen sehingga memberikan kulit kesempatan untuk bernapas. Oksigen yang tinggi juga dapat mengurangi jumlah bakteri penyebab jerawat.  


Dari melihat sun rise, kami bergerak menuju kawah Bromo
Dalam perjalanan ke sana, kami melewati padang berpasir. Angin bertiup kencang mendorong pasir-pasir. Kondisi seperti ini berbahaya sekali untuk yang membawa kamera. Pasir yang sangat halus dapat masuk ke dalam lensa dan merusaknya. Jika membawa tas kamera, lebih baik kamera dimasukkan ke dalam tas dan digunakan saat angin tidak bertiup kencang. Jika ingin lebih aman, foto dengan handphone saja.

Perjalan menuju kawah Bromo cukup jauh. Jika kaki masih kuat, lebih baik tidak menyewa kuda. Harganya cukup mahal, sekitar Rp. 125.000. Jarak tempuh juga hanya dari tempat turun jeep hingga gerbang depan tangga.

Saya sih masih optimis ya walau lelah banget harus menaiki tangga. Namun, ketika sampai di kawah:

Ada suara gemuruh, asap mengepul, sampai kawah yang tidak tahu dasarnya di mana. Jadi inginnya cepat turun saja. Ya, paling ambil foto satu dua kali, setelah itu langsung turun. Tebingnya curam dan kaki sulit menginjak sisi kawah. Mana lagi orang-orang yang naik menuju kawah lebih banyak daripada yang turun dari kawah.


Saat menuruni tangga, ada turis asing mendorong pundak saya untuk cepat turun. Hampir saya kehilangan keseimbangannya sehingga saya harus berhenti bergerak. Rasa penasaran membuat saya ingin melihat wajah orang itu, tapi sebelum saya bisa melihat dia malah teriak "Come on!" Berpikir positif saja deh walaupun tindakannya bisa membahayakan orang lain. Anggap saja dia juga sama takutnya dengan saya, jadi ingin cepat-cepat turun.

Intermezo: Kuda yang berusia 22 bulan sudah dapat ditunggangi dengan syarat beban tidak boleh lebih dari 40 kg . Kuda yang difoto ini berusia delapan tahun atau setara 30 tahun usia manusia. 

Saat ke Bromo sebaiknya tidak menggunakan soft lens. Kalau pun tetap ingin menggunakannya, bawalah kaca mata hitam. Debu yang berterbangan sangat kecil sehingga akan tetap masuk ke mata, walaupun mata sudah ditutup. Partikel-partikel ini dapat merobek soft lens, soft lens yang robek dapat merusak kornea mata. Ini salah satu hal yang saya lupa. Karena menggunakan soft lens dan tidak membawa kaca mata hitam, mata langsung terasa kering dan perih. Menggunakan tetes mata juga tidak terlalu membantu.

Debu yang banyak juga membuat rambut dan kulit wajah menjadi matte. Tidak terasa kulit berminyak tetapi terlihat kusam karena terlapis debu.

Karena erupsi tahun 2016, pasir berbisik aja jadi pasir ribut. Pemandangan dari jendela jeep juga putih debu semua. 

2 Agustus 2017

Sisa waktu kami gunakan untuk bersantai, nonton film Dunkirk, dan kuliner. Akhir perjalanan, tiga dari kami termasuk saya harus terbang kembali ke Jakarta, dua tetap di Malang, dan satu lagi kembali ke Surabaya, tempat tinggalnya.

Kadang teman atau orang terdekat sering tidak kita pedulikan dibandingkan orang yang baru kenal. Jadi kesempatan traveling ini membantu kami lebih dekat satu sama lain. Karena tujuan traveling itu bukan sekadar bersenang-senang. Namun, belajar apa yang akan kita lakukan bersama saat berada di kondisi buruk. Belajar pengalaman masing-masing. Mengenal kebiasaan mereka. Peduli dan toleransi terhadap sisi buruk mereka. Bahkan berani menjadi diri sendiri.

Hanya menyapa, menjadi tau
Hanya bertemu, menjadi kenal 
Tapi bersama lebih tiga hari, menjadi konco!
- Mich Amy-







No comments:

Powered by Blogger.