Teknik #2: Mengenal Soal SPF: Tingkat Perlindungan, Pengujian, dan Pelabelan
Berbagai produk sunscreen memberikan label SPF. Semakin tinggi SPF dianggap semakin melindungi kulit seseorang terhadap sinar UV. Namun, apa arti sebenarnya SPF? Bagaimana SPF ditentukan?
SPF atau Sun Protecting Factor adalah pengukuran yang menentukan seberapa baik sunscreen melindungi kulit dari sinar UVB, bukan UVA. Walaupun semakin tinggi nilai SPF meningkatkan perlindungan kulit terhadap sinar UVB, kita tidak dapat memukul rata bahwa SPF 30 berarti dua kali lebih baik daripada SPF 15.
Pembeli produk sunscreen perlu memahami beberapa istilah pelabelan dan SPF dari produk suncreen. Namun, dalam artikel ini, saya ingin meningkatkannya lebih lagi dengan membahas beberapa metode penentuan SPF dan pelabelannya.
Pemahaman SPF ke dalam %
Nilai SPF menggambarkan berapa persen sinar UVB yang terserap oleh produk sehingga tidak menembus kulit. Seperti yang telah ditulis dalam beberapa artikel, SPF 15 akan melindungi kulit dari 93% sinar UVB. Jadi artinya hanya 7 foton dari 100 foton sinar UVB yang menembus ke kulit sementara 93 foton sinar UVB terserap oleh produk sunscreen sehingga tidak menembus ke kulit.
Untuk memahaminya, kita dapat bermain matematika seperti berikut.
nilai SPF = 15; berapa persen sinar UVB yang tertahan?
SPF - 1 = 14
14 x 100 = 1400
1400 : SPF = 93,3%
SPF 15 akan menyerap 93,3% sinar UVB
SPF 15 akan menyerap 93,3% sinar UVB
Dengan cara seperti ini, kita dapat menghitung berapa persen sinar UVB yang tertahan pada produk dengan SPF 30.
SPF - 1 = 29
29 x 100 = 2900
2900 : SPF = 96,67%
SPF 30 akan menyerap 96,67% sinar UVB
SPF 30 akan menyerap 96,67% sinar UVB
Dari sini saja sudah jelas bahwa SPF 30 tidak berarti memiliki kemampuan perlindungan dua kali lebih baik daripada SPF 15.
Walaupun sudah diketahui persen UVB yang akan diserap oleh produk sunscreen, pada kenyataannya produk suncreen belum tentu bekerja seefektif nilai SPF yang tertera. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pemakaian sunscreen yang tidak cukup, pemakaian yang tidak rata, atau salah memahami pelabelan sehingga salah memilih produk sunscreen. Misalkan ketika sedang berenang, lapisan sunscreen yang telah diaplikasikan dapat hilang tercuci air, sehingga mengurangi perlindungan Diperparah lagi, air dan pasir dapat memantulkan sinar matahari, paparan sinar UV kepada kulit akan meningkat.
Pemakaian sunscreen juga dianjurkan 30 menit sebelum beraktivitas agar produk menempel sempurna pada kulit. Aplikasi juga harus dilakukan kembali setiap dua jam untuk memberikan hasil maksimal.
Metode dan Penentuan SPF
Dalam penelitian bahan-bahan yang memiliki potensi melindungi kulit, ada dua metode untuk menentukan SPF suatu bahan yaitu metode in vivo (dicoba pada kulit) dan in vitro (tidak melibatkan makhluk hidup).
A. Cara In Vivo
Sumber: www.dermatronnier.de |
Ketika kulit terpapar sinar UV, kulit akan berespon dengan menghasilkan erythema yang ditandai dengan kulit kemerahan. Erythema inilah yang akan dianalisa untuk menentukan nilai SPF. Nilai SPF ditentukan dari hasil perbandingan antara jumlah erythema yang terbentuk pada kulit yang terlindungi terhadap jumlah erythema yang terbentuk pada kulit yang tidak terlindungi.
Cara ini tentu melibatkan etika, tetapi dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai perlindungan dari produk sunscreen. Cara ini juga dapat menentukan apakah produk sunscreen bersifat water resistant. Produk sunscreen dilabel water resistant jika efektivitas produk sunscreen tetap terjaga setelah dibasahi air selama 40 menit.
Secara in vitro, penentuan SPF dilakukan menggunakan spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang menentukan serapan sinar monokromatis suatu substrat. Dalam uji ini, substrat akan diaplikasikan dengan bahan berpotensi SPF atau produk sunscreen. COLIPA (The European Cosmetic and Perfumery Association) menganjurkan substrat yang digunakan sebaiknya transparan terhadap sinar UV dan memiliki tekstur dan pori-pori seperti kulit manusia. Substrat yang sering digunakan adalah PMMA plate.
Adakah Cara yang Lebih Sederhana?
Secara sederhana, uji SPF dapat dilakukan dengan membuat konsentrasi berbeda dari bahan yang akan diuji. Konsentrasi yang berbeda dibuat untuk menghindari kesalahan fotometrik (pelanggaran Hukum Lambert-Beer). Jika konsentrasi yang diuji terlalu pekat dari seharusnya, nilai absorbansi yang dihitung dapat lebih rendah dari yang sebenarnya.
Absorbansi sampel dalam berbagai konsentrasi kemudian dihitung menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 290 - 400 nm dengan interval 1 nm. Panjang gelombang yang dipilih berada pada spektrum sinar UVA dan UVB. UVB memiliki spektrum dari 290 - 320 nm sementara UVA memiliki spektrum dari 320 - 400 nm.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam interpretasi data
Data yang diperoleh akan berupa kurva absorbansi dengan sumbu y adalah nilai absorbansi dan sumbu x adalah panjang gelombang. Pada kurva, kita akan melihat amplitudo dan breadth.
Sumber: mycpss.com |
Amplitudo menunjukan tingkat proteksi. Semakin tinggi amplitudo, semakin tinggi penyerapan/perlindungan terhadap UVB. Amplitudo inilah yang menentukan nilai SPF
Sumber: mycpss.com |
Breadth menunjukan seberapa luas spektrum yang diproteksi. Semakin luas breadth, semakin luas spektrum yang diserap oleh produk.
Penentuan Broad Spectrum dan SPF dilakukan dengan membuat grafik panjang gelombang terhadap nilai absorbansi. Penentuan sunscreen memiliki broad spectrum dilakukan dengan melihat critical wavelength. Critical wavelength adalah panjang gelombang (wave length) di mana luas spektrum absorban dari 290 nm adalah 90 % dari luas spektrum absorban dari 290-400 nm/ luas spektrum absorban keseluruhan.
Sumber: mycpss.com |
COLIPA menyatakan bahwa produk sunscreen yang memiliki critical wavelength mencapai > 370 nm dapat dilabel sebagai produk broad spectrum atau produk sunscreen yang memberikan perlindungan terhadap UVB dan UVA sementara sunscreen dengan critical wavelength < 370 nm hanya boleh mengklaim mencegah sunburn dan memberi peringatan pada label bertuliskan skin cancer / skin aging alert.
Penentuan nilai SPF in vitro dilakukan menggunakan persamaan Mansur et al., 1986:
Dimana:
EE = spektrum efek erythemal
I = spektrum intensitas solar
CF = faktor korelasi (CF = 10)
Nilai EE x I adalah konstan dan dapat dilihat dari hasil penelitian Sayre et al, 1979 yang telah disajikan dalam tabel berikut:
Contoh:
Sumber: Dutra et al., 2004 |
Terdapat empat kelas SPF yang ditentukan dari nilai SPF:
Sumber: Padera et al., 2013 |
COLIPA juga menyatakan produk sunscreen dengan SPF dibawah enam tidak lagi diklasifikasikan sebagai sunscreen karena efek perlindungan yang terlalu lemah menyebabkan perlindungan terhadap sinar matahari tidak tercapai.
Melihat dari cara produk sunscreen melindungi kulit dari sinar UV dengan cara menyerap sinar UV, istilah sunblock sudah tidak digunakan lagi agar konsumen tidak salah paham.
Sekarang coba kita lihat contohnya:
Sumber: dokumen pribadi |
Luas kurva 100 % = 897.934
Luas kurva 90 % = 808.140,6
Critical wavelength = 393
Berarti produk ini dapat dilabel broad spectrum karena dapat memberikan perlindungan terhadap sinar UV pada panjang gelombang > 370 nm.
Penentuan nilai SPF
Karena sampel yang digunakan didilusi 8 X. Nilai absorbansi yang dimiliki pada spektrum 290-320 nm (spektrum UVB) harus dikoreksi dulu dengan cara mengalikan nilai absorbansi yang didapat dengan faktor dilusinya, yaitu 8.
Sumber: dokumen pribadi |
Setiap nilai SPF pada panjang gelombang 290-320 dijumlah sehingga dapat diketahui produk sunscreen tersebut memiliki nilai SPF 47,68 dan masuk kelas SPF tinggi.
Bagaimana dengan Metode Penentuan SPF untuk UVA?
Dengan meningkatnya pengetahuan mengenai efek berbahaya UVA, metode untuk menentukan kemampuan proteksi terhadap UVA mulai dikembangkan. Penentuan proteksi ini dinyatakan dalam UVA-PF atau UVA Protection factor. Beberapa metode telah dikembangkan di Eropa, Australia, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat baik secara in vivo dan in vitro. Namun, penyesuaian metode untuk dikembangkan di seluruh dunia masih sedikit. Beberapa metode in vitro UVA-SPF diantaranya UVA-UVB Ratio (2010), Boots Star Rating (2011), dan DIN 67502 (UVA Balance).
Sebaiknya sebelum membeli produk sunscreen, pastikan nilai SPF yang tertera di label dan sesuaikan dengan tujuan penggunaan. Jika menggunakan sunscreen untuk ke pantai, pastikan nilai SPF cukup tinggi terutama untuk pemiliki kulit putih (fair skin), memiliki label broad spectrum, dan berlabel water resistant.
Semoga artikel ini bermanfaat :)
Artikel lainnya:
Sumber:
Padera, F., Shelton, C. T., & Perkin Elmer Inc. 2013. Sunscreen Testing According to COLIPA 2011/ FDA Final Rule 2011 Using UV/Vis LAMBDA Spectrophotometers. Retrieved from Perkin Elmer: https://www.perkinelmer.com/lab-solutions/resources/docs/APP_011499_01_Sunscreen_Tes ting_According_to_COLIPA_2011_FDA_Final_Rule_2011_using_UV_Vis_LAMBDA_Spectrophotometers.pdf (16 Juli 2017).
Yulianti, E., Adelsa, A., & Putri, A. 2015. Penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) ekstrak etanol 70 % temu mangga (Curcuma mangga) dan krim ekstrak etanol 70 % temu mangga (Curcuma mangga) secara in vitro menggunakan metode spektrofotometri. Majalah Kesehatan FKUB, 2 (1) : 41-50.
Dutra, E. A., Goncalves da Costa e Oliveira, D. A., Kedor-Hackmann, E. R. M., Santoro, M. I. R. M., 2004. Determination of sun protection factor (SPF) of sunscreens by ultraviolet spectrophotometry. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 40 (3) : 381-385.
Cosmetic & Plastic Surgery Specialists. 2017. Critical Wavelength & Broad Spectrum UV Protection. Retrieved from Cosmetic & Plastic Surgery Specialists: https://mycpss.com/skin/sunscreens/critical-wavelength-broad-spectrum-uv-protection (15 Juli 2017).
No comments: