Sabun #5: Hot Process vs Cold Process, Apa Bedanya?

Setelah membahas saponifikasi dan surfaktan, saya akan membahas mengenai prosess pembuatan sabun. Proses pembuatan sabun dibagi menjadi dua hot process dan cold process. Mana yang lebih mudah, dan jika memungkinkan yang lebih cocok untuk membuka usaha sabun? Mari kita bahas.


Lihat lagi artikel mengenai bioteknologi (klik judul)

Dalam pembuatan sabun (dan pembuatan produk skincare lainnya) pastikan membersihkan ruangan dan alat-alat sebelum bekerja. Gunakan proteksi seperti sarung tangan dan celemek. Ikat rambut dan gunakan proteksi mata bila perlu. 

Pada umumnya, pembuatan sabun melibatkan proses saponifikasi, reaksi yang terbentuk ketika mencampur minyak/ lemak dengan lye basa (NaOH/ KOH). Lye yang digunakan adalah larutan lye. Larutan lye dibuat dengan menuang NaOH/ KOH ke wadah kaca berisi air, bukan sebaliknya! Jika tidak, cipratan air dari reaksi dapat membahayakanmu. Pelarutan NaOH/KOH dengan air juga sebaiknya dengan pengaduk dari kaca. Logam masih boleh tetapi tidak boleh ditinggal. Reaksi lye menghasilkan panas dan ini bisa berbahaya jika tidak diawasi (ini juga alasan mengapa kamu harus menggunakan proteksi).

Berbagai cara pembuatan sabun dari rebatch dan penggunaan base soap adalah modifikasi dan permainan faktor lingkungan untuk menghasilkan sabun secara efisien atau estetik. Hot vs Cold process dalam pembuatan sabun adalah cara pembuatan sabun yang paling umum digunakan. Perbedaan keduanya hanya dari pengggunaan panas selama proses saponifikasi. 

Hot process (cocok untuk sabun bergaya rustic)
Merupakan metode pembuatan sabun menggunakan panas untuk mempercepat proses saponifikasi. Proses saponifikasi sendiri sudah menghasilkan panas karena reaksi, tetapi membutuhkan waktu yang lama hingga sabun menjadi keras dan siap digunakan. Karena fungsinya mempercepat proses, metode ini banyak digunakan industri dan lab.

http://www.soap-making-essentials.com/
Proses diawali dengan pemanasan minyak/lemak dan pelarutan lye secara terpisah. Pastikan kedua campuran memiliki suhu yang sama atau berbeda 10°C. Tetap panaskan campuran teresebut. Suatu saat, campuran akan mengeras dan mengeruh, beberapa kasus juga akan menghasilkan bulir-bulir padat (seperti mentega yang beku). Tunggu sampai bulir-bulir tersebut mencair atau campuran kembali menjadi jernih. Setelah itu campuran dapat dituang pada wadah yang disiapkan. Wadah adonan bisa dari bahan kayu atau silikon. 

Tunggu 1-4 jam (tergantung dari kadar air adonan kamu) dan sabun sudah dapat digunakan. Sabun akan lebih awet lagi jika disimpan (cure) untuk membiarkan uap air dan kadar air dalam sabun berkurang. 
Kelebihan 
  1. Metode yang paling sederhana untuk pemula. Metode ini menghasilkan sabun lebih cepat karena panas mempercepat reaksi saponifikasi dan pengurangan kadar air seshingga sabun lebih cepat mengeras dan langsung digunakan 
  2. Penambahan aroma dan pewarna dilakukan setelah reaksi saponifikasi (setelah adonan dituang). Hal ini menjaga kualitas warna dan aroma sehingga lebih tahan lama. 
  3. Suhu panas mendorong reaksi gelling yang membuat warna lebih kuat dan cocok untuk pembuatan sabun bening. 
  4. Dari pengalaman sih, cara ini lebih mudah untuk bersih-bersihnya nanti karena sabun lebih cepat larut atau tinggal di-korek. 
Kekurangan 
  1. Tergantung kembali dari bahan yang digunakan, kadang hot process disertai dengan penambahan gliserin. Gliserin yang berlebihan dapat menyebabkan sabun sweating (lengket ditangan) 
  2. Karena cepat membeku, penambahan warna, aroma, aksesoris harus dilakukan dengan cepat. Kamu bisa meningkatkan kadar air untuk memperlambat proses pembekuan. Lebih sulit uuntuk desain sabun berlapis-lapis karena dua lapisan berbeda seringnya tidak menyatu (pengalaman sendiri). Sulit juga untuk mendesain sabun dengan bahan yang berat karena akan tenggelam. 
  3. Karena melibatkan panas, tidak cocok untuk aroma dan warna yang termolabil.
  4. Secara marketing: rustic and natural!
Dari kelebihan dan kekurangan hot process, kita dapat mengira mengapa sabun-sabun DIY dan natural yang dijual tidak banyak menggunakan hot process.

Cold process (cocok untuk sabun dengan permukaan yang halus dan shiny
Metode pembuatan sabun yang mengandalkan panas yang dihasilkan reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi awalnya adalah reaksi endoterm (menyerap panas dari luar). Ketika dituang dalam cetakan, adonan akan menghasilkan panas (reaksi gelling). Beberapa orang menghindari reaksi ini untuk menghasilkan sabun dengan warna yang lebih creamy
Prosesnya tetap diawali dengan pemanasan minyak/lemak. Selain untuk menyamakan suhu dengan lye, pemanasan juga untuk mencampur minyak dan lemak yang kita pilih menjadi homogen. Setelah kedua bahan dicampur, biasanya campuran akan di blend dengan hand blender hingga creamy sebelum dituang dalam wadah. Reaksi saponifikasi dibiarkan selama 1-2 hari, atau sampai sabun memadat. Sabun belum bisa digunakan karena masih mengandung air. Sabun akan disimpan (cure) selama 4-6 minggu agar lebih kering sehingga tahan lama. 
Kelebihan 
  1. Karena reaksi saponifikasi lama dan dapat dikontrol, kita dapat mendesain sabun lebih fleksibel. Bahan-bahan yang digunakan bisa yang tidak tahan panas seperti susu, buah, potongan bunga. Penambahan warna, aroma, dan aksesoris dilakukan selama reaksi saponifikasi. 
  2. Masih berhubungan dengan reaksi saponifikasi yang lama, adonan sabun dapat dimodifikasi membentu swirl, frost, jadi lebih berkreasi dibandingkan hot process. Tekstur sabun yang creamy dan kental membantu kita untuk mendesain sabun berlapis atau menggunakan aksesoris yang berat (potongan sabun warna lain, misalkan).
  3. Karena panas terjadi dari alam, cukup aman untuk dilakukan. Karena memerlukan waktu inkubasi, dibandingkan hot process, cara ini melibatkan sedikit tenaga kerja.
  4. Secara marketing: estetik and natural!
Kekurangan
  1. Tidak bisa menggunakan KOH, harus NaOH. Jika tidak, sabun tidak dapat mengeras terus. KOH sendiri lebih cocok untuk sabun cair. 
  2. Produksi lama karena memerlukan waktu curing 4-6 minggu. Cara ini juga tidak dapat dihindari kalau ingin menghasilkan sabun yang lebih keras dan awet. 
  3. Karena dimasukan bersama dengan reaksi saponifikasi, kualitas aroma dan warna dapat berubah akibat bereaksi dengan pH sabun. Selain itu, aroma tidak tahan lama.
Jadi Pilih yang Mana?
Tergantung desain dan bahan sabun yang akan dibuat. Jika sabun bening dan melibatkan sedikit aksesoris, gunakan hot process. Jika sabun yang dibuat memiliki desain yang kompleks, gunakan cold process. Secara pasar memang cold process lebih populer karena konsumen tertarik dengan sabun estetik dan prosesnya juga menarik. Namun, jika berbicara soal produksi sabun yang cepat, hot process jauh lebih unggul. 

Bonus: Metode Pembuatan Sabun Cair 
Berhubung membicarkan soal KOH nih. Lalu bagaimana membuat sabun cair? Sabun cair harus menggunakan KOH. Lye ini lebih menguntungkan karena menghasilkan sabun yang lembut sehingga mudah diencerkan.


Proses dimulai dengan pemanasan minyak/lemak dan larutan lye secara terpisah. Ingat, pastikan suhu keduanya mendekati atau berbeda 10°C. Campur kedua bahan dan aduk hingga kental dan lengket. Gunakan hand blender dan spatula bila perlu. 

Cek kekeruhan sabun pada air. Jika sabun yang dilarutkan dalam air tidak menyebabkan air menjadi keruh, adonan sudah siap. Kemudian, campur adonan dan air dengan perbandingan 2:1, dan panaskan pada suhu rendah selama satu malam atau hingga adonan mencair. Kemas dalam botol dan tambahkan aroma. 

Kalau dilihat dari tadi, saya tidak menyebutkan takaran setiap bahan yang digunakan. Ini karena tiap minyak yang digunakan berbeda, lye dan air yang digunakan juga akan berbeda. Maka pada artikel ini yang saya jelaskan hanyalah tahapan prosesnya saja. 

Semoga artikel ini membantumu :)
Lihat lagi artikel mengenai bioteknologi (klik judul)

No comments:

Powered by Blogger.