Cerita Kampus #7: Runway Makeup PENDOPO


Pada Cerita Kampus kali ini saya ingin flash back keseruan klub make up di kampus saya saat berkolaborasi dengan brand batik PENDOPO. Bagaimana sih rasanya mendandani model runway dengan mendandani orang pada umumnya? Beda banget! Tidak seperti yang dibayangkan pada umumnya!

Coba bayangkan, kalau kalian bermakeup atau didandanin orang untuk acara spesial, berapa lama sih waktu yang diperlukan? Setengah jam hingga satu jam, belum dihitung jika kalian sangat memperhatikan detail hasil makeup kalian.

Selain kebaya dan busana batik lainnya, Pendopo juga menjual kerajinan Indonesia 

Di sini, karena memang baru pertama kali menjadi runway make up artist, saya sempat shock dengan hal-hal yang ternyata diluar perkiraan saya. Kami mengikuti briefing bersama penanggung jawab acara dan para model, dan akhirnya saya baru sadar bahwa kami hanya punya waktu satu jam, Dengan empat MUA, per MUA harus selesai satu look kurang dari 15 menit!

15 menit tidak menjadi masalah jika dandanan yang diperlukan cukup simple. Namun, here's the thing, setiap model (pria dan wanita) memiliki warna kulit yang berbeda bahkan ada yang harus dikombinasikan dengan dua foundation. Selain permainan eyeshadow yang harus diperhatikan, kami juga diwajibkan memasang fake eyelashes pada model wanita. Memasang bulu mata itu tidak segampang yang dikira. Bentuk mata setiap model harus diperhatikan untuk menunjukkan aura terbaik mereka dan pemasangan bulu mata juga harus senyaman mungkin karena looks ini harus tahan seharian. Di sini lah, skill saya diuji!

Case #1: Foundation Luntur 

Untuk efisiensi waktu, ketua saya sudah mengabari model wanita untuk menggunakan skin care dan foundation dari awal. Cara ini berhasil. Namun, tidak semua model mengerti penggunaan skin care dan foundation agar awet. Sesuai perkiraan saya, riasan foundation model pertama yang saya tangani sudah luntur!

Akhirnya saya harus menghapus riasan foundation-nya dan mengaplikasikan primer dan moisturizer sebelum foundation. Kebetulan dia membawa foundation nya sehingga saya tidak perlu menyesuaikan warna kulit dengan foundation yang akan saya gunakan.

Case #2: Cara Termudah untuk Eyeliner pada Monolid 

Time is precious for us! Model-model tidak mengeluh harus menunggu, bahkan beberapa menawarkan diri sebagai asisten kami (karena masih teman satu kampus juga ^ ^). Namun saya tetap berusaha untuk menggunakan waktu sebaik mungkin, karena ini memang tantangan seorang MUA.

Model yang saya tangani kali ini memiliki mata monolid yang umum dimiliki orang Asia. Aplikasi eyeliner adalah tantangan terbesar bagi mata tipe ini, terutama jika menggunakan eyeliner liquid. Jika eyeliner diaplikasikan seperti biasa, akan memakan kelopak mata dan membuat mata terlalu kecil. Hal ini tetap dapat dilakukan dengan mengaplikasikan eyeliner tipis-tipis, tetapi perlu ketelitian dan waktu.

"Jadi mari gunakan teknik tightlining"  pikir saya
Yah kekurangannya, teknik ini bakal menghasilkan banyak air mata, kalau modelnya blum terbiasa. Stefi keketawaan terus karena "nangis" XD. 

Tighlining adalah teknik mengaplikasikan eyeliner pada upper waterline (dibagian bawah tumbuhnya bulu mata atas) sehingga bentuk mata lebih besar dan full. Teknik ini juga membuat bulu mata terlihat lebih lebat. Saat melakukan tightlining, gunakan eyeliner pencil yang waterproof untuk menghindari smudging (apalagi jika model tidak terbiasa). Jika tidak ada pencil waterproof, pilih warna coklat karena hasil riasan masih terlihat cukup natural walau smudging. Hanya perlu membersihkan bagian bawah mata dengan cotton bud.  



Tighlining sangat membantu saya membingkai matanya lebih besar. Mata yang telah dibingkai juga mempermudah aplikasi bulu mata tanpa memberikan kesan mata tenggelam. Tambahan, pada riasan ini saya menggunakan fake eyelashes yang susunannya jarang agar tetap memberikan kesan natural. Untuk menambah ketebalan, fake eyelashes dapat ditimpa dengan fake eyelashes yang susunanya rapat (tapi saat itu, saya tidak bisa menggunakan dua pasang eyelashes, setiap model sudah dijatah satu pasang).

Paling tidak, Stefi puas dengan riasan saya dan tampil percaya diri di runway. Inilah satu hal yang harus dilakukan seorang MUA. Selain memberikan karya, MUA juga harus meningkatkan percaya diri/aura setiap klien-nya.

Case #3: Tentang Percaya Diri 


Ini adalah pengalaman pertama saya mendandani model dalam waktu singkat. Jujur saja, saya sempat grogi, takut jika model atau pihak Pendopo tidak menyukai karya saya, apalagi jika hasilnya kurang rapi. Pada saat itulah saya bertemu Amel, model yang sangat memberi kesan bagi saya. 


Saya sering mengajak ngobrol orang yang saya dandan untuk mencairkan suasana. Namun pada kasus ini, Amel yang lebih banyak mengajak ngobrol dan ini membuat saya lebih tenang. Amel juga bercerita mengenai wajahnya yang kurang simetris pada saat saya mempelajari struktur wajahnya. "Tapi senyum kamu manis kok....Sebenarnya wajah (mata dan alis) semua orang tidak simetris dan itu normal" kata saya. "Namun, jika rahang yang tidak simetris (menunjuk diri saya), ini yang dapat menyebabkan masalah, terutama dalam mengunyah makanan." 

Lalu topik pembicaraan kami berputar dari beauty, kedokteran dan bioteknologi (saya baru sadar bahwa dia mahasiswa kedokteran), hingga saling curhat dan memberikan pep talk, yang membuat kami berdua lebih enjoy menjalani proses make up. Inilah salah satu skill yang diperlukan juga oleh MUA. Mengajak bicara klien akan meningkatkan bonding MUA dengan klien dan juga meningkatkan kepercayaan diri mereka. 

Case #4: Sakit Pinggang 

Sepertinya semua MUA pernah mengalaminya. Bisa jadi karena tinggi badan saya yang tergolong pendek dan kondisi tulang saya yang skoliosis, saya sulit menemukan posisi yang pas untuk mendandani dengan nyaman. Sesekali saya harus meluruskan punggung. Dari sini saya belajar sih, lebih baik saya berdiri saja sementara model duduk di kursi.....dan kursinya didesain tinggi. 


Kesempatan ini adalah pengalaman berharga bagi saya untuk merasakan menjadi seorang runway MUA dimana waktu dan skill yang efisien banyak bermain. Tidak hanya profesionalitas MUA, para model juga ditantang untuk selalu sigap selama acara. Bayangkan spot make up di lantai tiga sementara runway ada di lantai satu. Model yang sudah didandan, dalam balutan kebaya, harus segera berlari menuju runway. Saking terburu-buru, ada model yang memilih melepas heels nya. Ada juga yang ketinggalan heels, sehingga model pria-nya yang berlari membawa heels sambil mengejar pemiliknya. But at the end of the day, semua orang puas dengan runway kali ini. 

Sebenarnya masih banyak hal yang ingin saya sampaikan mulai dari interaksi dengan model dan para MUA bertalenta lainnya. Namun saya harus merangkapnya agar pembaca (kalian) dapat ikut menikmatinya. Sekali lagi, kesempatan ini menjadi pengalaman berharga saya dalam mengembangkan skill di bidang kecantikan. Saya berterima kasih kepada klub make up kampus dan pihak Pendopo yang sudah memberikan kesempatan bagi saya menjadi runway MUA. 

Semoga artikel ini membantumu :)    

No comments:

Powered by Blogger.